Delegation
|
Concern
|
Recommendations
|
Republic of Korea
|
We recommend enhanced efforts to
provide adequate protection to human rights defenders and to improve human
rights situations of ethnic and religious minorities in certain regions,
including Papua.
Indonesia:
Kami merekomendasikan upaya ditingkatkan untuk memberikan perlindungan
yang memadai terhadap pembela hak
asasi manusia dan untuk meningkatkan situasi hak asasi manusia kaum minoritas etnis dan
agama di daerah tertentu,
termasuk Papua.
|
|
Spain
|
Adopt legislation for the legal
recognition and protection of human rights defenders, and proceed to repeal
legislation restricting the right to defend and promote human rights. Delete
the access restrictions of human rights defenders, journalists and diplomats
to Papua and West Papua, as are specified by Special Autonomy Law
Indonesia:
Mengadopsi undang-undang untuk pengakuan hukum dan perlindungan terhadap pembela hak asasi
manusia, dan lanjutkan untuk
mencabut undang-undang yang
membatasi hak untuk membela dan
mempromosikan hak asasi manusia. Hapus pembatasan akses dari pembela hak asasi manusia,
wartawan dan diplomat ke Papua dan Papua Barat, sebagaimana ditentukan
oleh UU Otonomi Khusus
|
|
Switzerland
|
Congratulate Indonesia for its efforts
to address the situation in West Papua and Papua through dialogue, but
concerns with the abuse of prisoners, especially since 2010
Indonesia:
Mengucapkan selamat kepada Indonesia atas upaya untuk mengatasi situasi di Papua Barat
dan Papua melalui dialog, tetapi keprihatinan dengan penyalahgunaan tahanan, terutama sejak tahun 2010
|
Recommend the Indonesian Government to
assure that the allegations of abuses should be investigated independently
and effectively. Such cases should be treated by civilian court and not
military court.
Indonesia: Kenalkan Pemerintah Indonesia
untuk memastikan bahwa dugaan
pelanggaran harus diselidiki secara mandiri dan efektif. Kasus tersebut harus ditangani oleh pengadilan sipil dan pengadilan bukan militer.
|
United Kingdom
|
Recognise the challenges, in
particular in Papua and West Papua, where there is increase in violence, and
welcome the efforts to address it.
Indonesia:
Mengakui tantangan, khususnya di Papua dan
Papua Barat, di mana ada peningkatan
kekerasan, dan menyambut upaya untuk mengatasinya.
|
|
USA
|
Commend Indonesia for its pursuit of a
prosperity approach in Papua, and the creation of special unit to address the
roots of Papuan grievances.
Remain concerned about allegations of
human rights abuses in Papua and West Papua and limitation of access for
journalists and civil society organisations.
Indonesia: Memuji Indonesia
untuk mengejar pendekatan kesejahteraan di Papua, dan penciptaan unit khusus untuk
menangani akar keluhan Papua.
Tetap prihatin tentang tuduhan pelanggaran hak asasi manusia di Papua dan Papua Barat dan keterbatasan akses bagi wartawan dan organisasi masyarakat sipil. |
|
Canada
|
Take steps, particularly in Papua, to
increase protection for human rights defenders against stigmatization,
intimidation and attacks and to ensure respect for freedom of expression and
peaceful protest, including through a review o regulations that can be used
to restrict political expression in particular article 106 and 110 of the
penal code and release of those detained solely for peaceful political
activities
Indonesia:
Ambil
langkah-langkah, terutama di Papua, untuk meningkatkan perlindungan bagi para
pembela hak asasi manusia terhadap stigmatisasi, intimidasi dan serangan dan
untuk menjamin penghormatan terhadap kebebasan berekspresi dan protes damai,
termasuk melalui peraturan o review yang dapat digunakan untuk membatasi ekspresi
politik dalam artikel khusus 106 dan 110 dari KUHP dan pelepasan mereka yang ditahan
hanya karena kegiatan politik damai
|
|
France
|
Deplore the violation and violence of
human rights where the victims are religious or ethnic minority particularly
Ahmadis and Papuan community.
Indonesia: Menyayangkan pelanggaran dan kekerasan hak asasi manusia di mana korban adalah minoritas agama atau etnis
khususnya Ahmadiyah dan masyarakat Papua
|
Recommend to assure free access of the
society civil and the national and foreign journalist to Papua and West Papua
Indonesia: Kenalkan untuk menjamin akses
bebas dari masyarakat sipil dan wartawan nasional dan asing untuk Papua dan Papua Barat
|
Germany
|
Request information on the intension
of Indonesian government to release Filep Karma and other political detainees
, who according to Sept 2011 report of UN Working Group on Arbitrary
Detention have been held arbitrarily
Value the effort to resolve the
conflict in Papua through dialogue and the involvement of civil society, and
still concern on the serious human rights violation
Indonesia:
Meminta informasi tentang kehebatan dari pemerintah Indonesia untuk melepaskan
Filep Karma dan tahanan politik lainnya, yang menurut September 2011
laporan dari Kelompok
Kerja PBB untuk
Penahanan Sewenang-wenang telah
diselenggarakan secara sewenang-wenang
Nilai upaya untuk menyelesaikan konflik di Papua melalui dialog dan keterlibatan masyarakat sipil, dan masih peduli terhadap pelanggaran berat hak asasi manusia |
To hold accountable officials of all
ranks responsible for human rights violations and to immediately grand access
to the delegates of the ICRC to the Papua provinces in order to fulfil their
mandate
Indonesia: Untuk terus pejabat akuntabel dari semua jajaran
bertanggung jawab atas pelanggaran hak
asasi manusia dan akses besar
untuk segera delegasi ICRC untuk provinsi Papua
untuk memenuhi mandat mereka
|
Japan
|
Concern by the situation in Papua
where repression on the part of military and police officers is reported to
be leading to human rights violations as well as by continued reports of a
general climate of impunity
Kepedulian oleh situasi di Papua di mana represi dari
pihak perwira militer dan
polisi dilaporkan sedang mengarah
ke pelanggaran hak asasi manusia
serta oleh laporan lanjutan
dari iklim umum impunitas
|
To immediately halt to such actions.
Untuk segera menghentikan tindakan tersebut.
|
Mexico
|
To extend invitation to the UN Working
Group on the enforced disappearances, Special Rapporteur on right to food,
independent expert on minorities, and special Rapporteur on the human rights
of indigenous peoples, especially to the province of Papua
Untuk memperpanjang undangan kepada Kelompok Kerja
PBB tentang penghilangan paksa,
Pelapor Khusus untuk hak atas pangan,
ahli independen minoritas, dan Pelapor khusus tentang
hak-hak asasi masyarakat adat, terutama untuk Provinsi Papua
|
|
New Zealand
|
Encourage the establishment of the
Unit for the Acceleration of Development in Papua and West Papua and the
intention to change from security approach to welfare and justice approach
for Papuans
Mendorong pembentukan Unit Percepatan
Pembangunan di Papua dan Papua Barat
serta niat untuk berubah dari
pendekatan keamanan untuk pendekatan kesejahteraan dan keadilan bagi Papua
|
To implement comprehensive human
rights training, with regular reviews to ensure effectiveness, for all
military and police personnel, including those working in Papua and West
Papua
Untuk melaksanakan pelatihan komprehensif hak asasi
manusia, dengan review berkala
untuk memastikan efektivitas, untuk
semua personil militer dan polisi,
termasuk mereka yang bekerja di Papua dan Papua Barat
|
Italy
|
Up-date the situation of the
implementation of the 2001 Special Autonomy Law for Papua and West Papua.
Up-date situasi pelaksanaan UU Otonomi Khusus tahun 2001 untuk Papua dan Papua Barat.
|
Kamis, 24 Mei 2012
UNIVERSAL PERIODIC REVIEW OF INDONESIA STATEMENT RELATED TO WEST PAPUA AND PAPUA UNITED NATIONS, 23 MAY 2012
Senin, 14 Mei 2012
GERAKAN PEMBEBASAN BANGSA PATANI
PASIFIKASI, DEMI PEMBANGUNAN TERUSAN KRA?
oleh Dr. George J. Aditjondro
Gelombang-Gelombang Perlawanan Bangsa
Patani:
= Tahun 1901, Raja Patani, Tengku
Abdul Kadir Qamaruddin, mengirim surat kepada Gubernur Straits Settlements Inggris di Singapura, meminta intervensi
Inggris terhadap Raja Siam, Chulalongkorn (Rama V), untuk mengatasi penderitaan
rakyatnya. Namun sang gubernur diam saja, sebab buat Inggris, persahabatan
dengan Siam sangat diperlukan, sebagai buffer state (negara tameng) antara jajahan Perancis di
daratan Asia Tenggara(French Indo-China) dan jajahan Inggris di Asia
Selatan dan Tenggara (British India). Gagal mendapat dukungan Inggris,
Tengku Abdul Kadir Qamaruddin mencoba mengorganisir satu gerakan, yang dapat
memancing penindasan yang lebih keras oleh penguasa di Bangkok, yang pada
gilirannya dapat memicu perlawanan menentang reorganisasi ketujuh provinsi itu,
di mana penguasa local (chaomuang) digantikan oleh birokrat-birokrat
Thai yang beragama Buddhis. Walhasil, serangkaian perlawanan kolektif dimulai,
ketika raja-raja Melayu menolak melepaskan kekuasaan mereka sebagai chaomuang
ke tujuh provinsi wilayah Selatan
itu, yakni Patani, Nhongchik, Eaman, Ra-ngae (Legeh), Saiburi, Yala, dan Yaring
(Che Man 1990: 35, 62).
Minggu, 13 Mei 2012
Namuk Malind
(Potret
ketidakberdayaan perempuan Papua)
Pendahuluan
Kabupaten Merauke atau sering disebut “Tanah Malind Anim” merupakan kabupaten yang terletak di ujung paling timur Indonesia. Luas wilayah 45.071 km persegi, terletak di antara 137-141 Bujur Timur dan 5-9 Lintang Selatan. Sebelah utara, berbatasan langsung dengan Kabupaten Mappi dan Boven Digoel. Sebelah barat dan selatan, berbatasan dengan Laut Arafuru serta sebelah timur berbatasan dengan Negara Papua New Guinea (PNG). Kabupaten Merauke terbagi atas 11 distrik (kecamatan) yang terdiri dari 169 desa (kelurahan/kampung) dengan jumlah penduduk pada tahun 2006 diperkirakan 174.710 jiwa. Dari jumlah tersebut penduduk laki-laki mencapai 19.104 jiwa dan perempuan mencapai 83.606 jiwa, serta terdapat 40.618 Kepala Keluarga. Jumlah penduduk terkecil terdapat di distrik Sota mencapai 1.364 jiwa (0.78%), sedangkan jumlah penduduk terbanyak terdapat di distrik Merauke mencapai 70.002 jiwa (40.07%).
Korban bukan Objek: peliputan "Tragedi Sukhoi 9 Mei"
oleh Marsel Mangundap
Kami
sebagai jurnalis mengimbau kepada teman-teman jurnalis dan kantor media
dalam menyiarkan / mengedarkan / menayangkan pemberitaan kecelakaan
pesawat Sukhoi atau dikenal sebagai ‘Tragedi Sukhoi 9 Mei’, berpedoman
pada kode etik jurnalistik, pedoman pemberitaan media online, dan
standar perilaku penyiaran yang berlaku.
Sangat disayangkan peliputan sensasional yang mengeksploitasi korban.
Seperti menayangkan secara berulang kondisi korban dan keluarga dengan
mengeksploitasi kesedihan, menampilkan foto korban dan histeria keluarga
korban secara berlebihan, mengedarkan berita spekulatif atas terjadinya
peristiwa musibah tersebut.
Sabtu, 12 Mei 2012
Peace Jurnalism
Dov Shinar and Wilhelm Kempf (eds)
Peace journalism: The state of the art
Berlin: Regener, 2007
ISBN: 978-3-936014-12-9
Peace journalism: The state of the art
Berlin: Regener, 2007
ISBN: 978-3-936014-12-9
This is a wonderful text
that captures both the strengths and weaknesses of the current debate
over peace journalism. The range of themes, practical strategies and
theoretical approaches explored is particularly impressive. Annabel
McGoldrick begins by examining ways in which prevalent conventions of
journalistic objectivity, in fact, predispose coverage of conflict in
favour of war. Only through a commitment to the principles of peace
journalism (embedded in the liberal theory of press freedom) can the
mainstream bias towards war journalism be challenged, according to
McGoldrick.
Kamis, 10 Mei 2012
Pesan Paus pada Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-46
Pesan Paus
pada Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-46
Pesan Bapa
Suci Benediktus XVI
untuk Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-46
untuk Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-46
Keheningan
dan Kata: Jalan Evangelisasi
20
Mei 2012
Saudara dan Saudariku yang terkasih,
Menjelang hari Komunikasi Sedunia
tahun 2012, saya ingin berbagi dengan anda beberapa permenungan tentang salah
satu aspek dari proses komunikasi manusia yang meskipun penting, sering
diabaikan, dan kini tampaknya sangat perlu untuk diingat. Ini menyangkut
hubungan antara keheningan dan kata: dua aspek komunikasi yang perlu
dipertahankan agar tetap berimbang, untuk diterapkan secara bergantian
dan diintegrasikan satu sama lain jika ingin mencapai dialog yang otentik dan
hubungan kedekatan yang mendalam di antara manusia. Ketika kata dan keheningan
terpisah satu dengan yang lain, komunikasi menjadi putus entah karena
keterpisahan itu menimbulkan kebingungan atau karena, sebaliknya,
menciptakan suasana dingin. Namun apabila mereka saling melengkapi, komunikasi
memperoleh nilai dan makna.
Rabu, 09 Mei 2012
Menjadi Orang Indonesia
Menjadi orang
Indonesia: Pemindahan anak dari Timor Timur[1]
Oleh Dr Helene van Klinken
Biliki
Ketika pemboman oleh tentara
Indonesia diintensifikasikan pada tanun 1977, Biliki bersama keluarganya dan
penduduk desa yang lain mengungsi ke hutan. Setahun kemudian rakyat dipaksa
menyerah. Mereka ditempatkan di kamp konsentrasi di Ainaro. Di situlah seorang
perwira Kopassus melihat Biliki dan memutuskan untuk membawa dia ke Indonesia.
Tentara itu memberi Biliki makanan dan pakaian. Dia memberitahu orangtua Biliki
bahwa dia akan membawa anaknya ke Indonesia dan mendidik dia di situ. Seperti
tentara yang lain, dia hampir pasti mengatakan kepada orangtua Biliki bahwa
mereka tidak akan mampu mendidik dan merawat anaknya dengan baik, dan
menyinggung kepada hal bahwa akibat dari perlawanan mereka terhadap Indonesia
akan menyulitkan masa depan anaknya dan kemungkinannya mendapatkan pendidikan.
Tentara itu memberi orangtuanya Biliki seekor kuda, sekantong beras dan sedikit
uang (Rp60,000). Sebelum berangkat dia memberi tugas menjaga Biliki kepada
seorang anggota Hansip, dan orangtua Biliki takut mengambil Biliki atau minta
dia dikebalikan. Ketika masa tugasnya selesai tentara itu membawa Biliki dari
Ainaro dengan helikopter. Biliki
masih ingat bagaimana dia dan anggota keluarga yang lain berteriak dan
menanggis pada saat dia dimasukkan helikopter. Biliki pada saat itu
kira-kira berumur tujuh tahun.
Rabu, 02 Mei 2012
SG & PAG, Penumpang Gelap RUUK Yogyakarta
oleh George Junus Aditjondro
Wacana perdebatan soal keistimewaan
Yogyakarta terlalu terfokus pada penentuan siapa yang berhak menjadi Gubernur
dan Wakilnya.
Wacana
itu terlalu sempit, sebab yang lebih menentukan watak feodal DIY, adalah
keberadaan jutaan hektar tanah-tanah kerajaan di provinsi ini, yang dikenal dengan sebutan Sultanaat Gronden (SG) dan Pakualamanaat Gronden (PAG).
Aksi-Aksi Massa Para Loyalis Keraton Yogyakarta
Aksi-aksi
massa seperti yang dilakukan
terhadap GJA, 2 Desember lalu, bukanlah
satu-satunya aksi premanisme yang telah terjadi di wilayah DIY tahun-tahun
belakangan ini. Aksi-aksi massa itu umumnya dilakukan terhadap fihak yang
menentang, atau dicurigai menentang kebijakan Keraton.
Cendeliawan sebagai sasaran:
Akhir
tahun 2010, tepatnya tanggal 23 Desember 2010, mantan Rektor UGM, Ichlasul Amal yang menjadi sasaran. Tanggal 23 Desember 2010, rumah Prof. Amal di
jalan Pandeansori I No. 5 di daerah Condongcatur, Depok, Sleman didemo oleh
puluhan warga yang menamakan dirinya Kawulo Ngayogyakarta. Demo itu, menurut M.
Ariesman Hendrosuseno, jurubicara kelompok itu, dilakukan karena mereka tidak
terima ucapan sang Profesor, yang mengecam cara-cara kampanye kelompok
pro-penetapan yang dianggapnya mirip cara-cara mobilisasi massa yang dulu
dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) (Tempo Interaktif, Kamis, 23 Desember 2010).
Petani Sebagai Sasaran:
Kronologi Kriminalisasi Humor di DYI
Prolog:
24 Sept. 2011. Sejumlah mahasiswa Forum Peduli Keadilan
(FPK) mogok makan untuk mendukung perjuangan kaum tani lahan pasir Kulon Progon
melawan tambang pasir milik kongsi 70 : 30 % antara Indomines Ltd dari Australia
dengan PT Jogya Magasa Mining, di mana Gusti Kanjeng Ratu (KGR) Pembayun, putri
sulung Sri Sultan Hamengkubuwono X dan pamannya, GBPH Joyokusumo menjadi
Komisaris, sementara Direktur Utama dipegang oleh BRM Hario Seno dari Puri
Pakualaman (70% + 30%) di depan DPRD DIY.
30 Nov. 2011:
Sejumlah ornop di Yogyakarta, di antaranya CSDS (Center for Social Democratic Studies), HMI (Himpunan Mahasiswa
Islam) Komisariat Universitas Gadjah Mada (UGM), Rukun Tani Indonesia, Sekolah
Politik Bersama, Keistimewaan Demokratis menyelenggarakan seminar dengan topik
“Membedah Status SG [Sultanaat Gronden)
dan PAG (Pakualamanaat Gronden ) dalam
Keistimewaan Yogyakarta” di Auditorium
Fakultas Teknologi Pertanian UGM. Seminar menampilkan tiga pembicara,
yakni Ahmad Nashih Luthfi dari STPN (Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional), M.
Widodo dari Paguyuban Petani Lahan Pantai (PPLP) dari Kulonprogo, dan George
Junus Aditjondro, dosen Program Studi Ilmu, Religi dan Budaya (IRB) Universitas
Sanata Dharma.
Senin, 30 April 2012
Memotong Lengan - Lengan Gurita
Oleh George Junus Aditjondro
(Dosen Ilmu, Religi &
Budaya, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta)
Tujuan Menulis
Dua Buku Terakhir:
Tujuan penulisan dua buku saya tentang korupsi
kepresidenan SBY, Membongkar Gurita Cikeas: Di Balik Skandal Bank
Century,
dan Cikeas Kian Menggurita , yang akan diterbitkan
oleh Galangpress, ada dua. Pertama, memberikan pendidikan politik tentang
hak-hak warga negara untuk mencegah akumulasi kekuasaan ekonomi dan politik
penguasa di seputar Kepala Negara. Termasuk di situ adalah pendidikan politik untuk
tidak hanya terpaku pada figur, melainkan konfigurasi
politik yang mempengaruhi pergantian
pucuk pimpinan politik di negara kita.
Kedua, meletakkan dasar untuk spesialisasi
sosiologi korupsi, khususnya korupsi kepresidenan, yang penulis rintis sejak menulis
buku tentang akumulasi kekayaan keluarga Soeharto dan Habibie (
2003), disusul dengan Korupsi Kepresidenan: Reproduksi Oligarki Berkaki Tiga, Istana, Tangsi,
dan Partai Penguasa (LkiS, 2006).
Jumat, 20 April 2012
Media, alat perjuangan
Akses
ke media
komunikasi adalah isu yang dibicarakan oleh Mahasiswa Katolik Cendrawasi di Sulawesi Utara. Mahasiswa Katolik Cendrawasi merupakan
sebuah organisasi mahasiswa Papua. MKC bekerja sama dengan JPIC MSC Indonesia dan LSM lain di tingkat lokal, nasional dan international untuk
kaderisasi mahasiswa Papua.
JUMAT, 6 April 2012, Mahasiswa Katolik
Cendrawasi Sulawesi Utara (MKC Sulut) bikin pelatihan jurnalisme dan advokasi
media kepada mahasiswa-mahasiswi Papua di Asrama Mahasiswa Papua “Kamasan”,
Kota Tomohon – Sulawesi Utara. “Pelatihan
ini sebagai bentuk gerakan pemberdayaan dan penguatan ketrampilan jurnalistik
dan advokasi untuk mahasiswa Papua yang sedang belajar di beberapa perguruan
tinggi di Sulawesi Utara”, tegas Yanuarius Lagoan, Ketua MKC Sulawesi
Utara.
Sabtu, 03 Maret 2012
"Love Letter to a soldier: wins STOS Festival Film
An EngageMedia film, "Love Letter to the Soldier", won the South to South Festival 2012 Award for Best Documentary category on Sunday 26 February 2012 in Jakarta. Director Wenda Tokomonowir accepted the award.
Maria Goreti and her daughter Yani
"This is not just a one-off video, I will continue to produce and show other stories of Papuans surviving amidst the insurgence of multinational companies and government greed," said Wenda.
"Love Letter to the Soldier", or in Indonesian "Surat Cinta Buat Sang Prada", is a video letter by Papuan woman Maria 'Eti' Goreti to Private Samsul Bacharudin, an Indonesian soldier who was stationed at her village. The village, Bupul, is near the border of Indonesia (Merauke, Papua) and Papua New Guinea and is guarded by the Indonesian Armed Forces (TNI) Border Control.
Kamis, 09 Februari 2012
Statement on the solution to the problems in Papua
The Alliance of Churches in Papua
(PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI TANAH PAPUA)
Sekretariat : Jln. PLN 07 Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua; Telp: 0967591291; 0811489578
Statement on the solution to the problems in Papua
We wish you a Happy New Year 2012
(NON OFFICIAL TRANSLATION)
First of all, we, the leaders of Churches in Papua would like to express our sincere thanks to the President of the Republic of Indonesia, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, who invites and welcomes us to this meeting.
Jumat, 20 Januari 2012
New Zealand as a potential West Papua peace-broker: The Bougainville experience revisited
by Maire Leadbeater
Thirteen years ago New Zealand hosted peace talks for the parties to the conflict in Bougainville. Since these talks were instrumental in ending a horrific war it is understandable that New Zealand has gained a good reputation as a peace broker. Over the last decade many West Papuan leaders have urged New Zealand to take up the peacemaker mantle again. Now that the call for dialogue between West Papuan representatives and the Government of Indonesia is high on the agenda, it is time for a closer look at New Zealand’s role in helping to broker peace in Bougainville.
West Papuan Demographic Transition and the 2010 Indonesian Census: “Slow Motion Genocide” or not?
By Jim Elmslie
Synopsis.
This paper analyses the ethnic breakdown of the Indonesian provinces of Papua and Papua Barat, commonly referred to collectively as West Papua, following the recent partial release of the 2010 Indonesian census. It shows the growing domination of the population by non-Papuan migrants to the point where the indigenous Papuans are now in the minority. Using historical growth rates the ethnic breakdown of the provinces is then predicted for 2020, showing the increasing marginalistion of the Papuans. The political ramifications of this massive demographic transition are then discussed, including the implications for Indonesia, Australia and the United States. The paper finishes with a discussion on whether a form of genocide is underway, as many Papuans claim, and concludes more research is needed to answer this question, specifically calling for an international fact finding mission.
Papuan Self Determination: the Indonesian Dimension
by Peter King
Paper for presentation at a conference on Comprehending West Papua organised by the West Papua Project, Centre for Peace and Conflict Studies, University of Sydney, 23-24 February 2010
What might persuade the Indonesian government that the time has come to yield to the near-unanimous desire of indigenous Papuans for self determination and independence for West Papua—or at least to begin a reconciliation process by adopting some version of the Papua Road Map to dialogue as laid out and being “socialised” by LIPI (the Indonesian Institute of Science)and Muridan Widjojo in Jakarta and by the Catholic Church and Neles Tebay in Jayapura?
Five scenarios come to mind:
Selasa, 17 Januari 2012
Reflections on the New York Agreement, the Act of Free Choice and developments since.
by John Saltford
Colonial history meant that an arbitrary line was drawn down the centre of New Guinea in the 19th Century. The eastern side, Papua New Guinea, eventually got its independence from Australia in 1975, but its western neighbour, West Papua, was to endure a very different fate. In this short paper I will examine what happened and look at some of the recent debates on the best way forward for West Papua.
Colonial history meant that an arbitrary line was drawn down the centre of New Guinea in the 19th Century. The eastern side, Papua New Guinea, eventually got its independence from Australia in 1975, but its western neighbour, West Papua, was to endure a very different fate. In this short paper I will examine what happened and look at some of the recent debates on the best way forward for West Papua.
Senin, 16 Januari 2012
Suara Hati Perempuan Minahasa
Ketika orang kebanyakan sibuk bekerja dan cari pekerjaan, Nency, alumni s2 Sosiologi Agama UKSW, jadi anak rumahan.
"Saya merasa tersiksa selama dua bulan terakhir ini, seperti katak dalam tempurung. Bahkan saya seperti gelas antik yang hanya dipajang dalam lemari antik yang mewah itu. Tak ada kebebasan, tidak ada kemandirian dan tidak ada kreasi melakukan sesuatu. Semuanya diatur dan dibatasi".
Minggu, 15 Januari 2012
Pemimpin Bangsa Papua: MENOLAK PROSES HUKUM DI LUAR PENGADILAN NEGERI KELAS IIA JAYAPURA-PAPUA
Media Release
Pemimpin Bangsa Papua
MENOLAK PROSES HUKUM DI LUAR PENGADILAN NEGERI KELAS IIA JAYAPURA-PAPUA
Berhubung pernyataan salah satu anggota kejaksaan Tinggi Prov. Papua pada 11 Januari 2012, dan bertolak dari pengalaman bangsa Papua di masa lalu dimana banyak pejuang Papua diproses hukum di luar Papua kemudian mengalami nasip tragis, maka dari dalam terasi besi tahanan Negara Republik Indonesia saya, Forkorus Yaboisembut selaku Presiden Negara Federal Republik Papua Barat bersama 4 orang masing-masing; Edison Waromi SH (perdana Menteri Negara Federal Republik Papua Barat), Dominikus Sorabut, Selpius Boby, Agustinus Kraar dan menyatakan sikap;
The anti-plebiscite campaigns in West Papua
by Pieter Drooglever
For reasons of opportunity and principle, the decolonisation-policies of the Netherlands since 1945 went under the aegis of self-determination. At the transfer of sovereignty in 1949 to the newly created Federal Republic of Indonesia, the Dutch refused to hand over the residency of New Guinea as well. According to them, the Papuan population as a whole was not developed up to the point where it could determine for itself as yet, and there were plenty of indications that the leading layers of Papua society did agree with the argument. So the operation of self-determination had to be postponed for an as yet undeterminated period.
Jumat, 13 Januari 2012
SEMINAR “PAPUA ROAD MAP”
Matahari persis tepat di atas kepala, kira-kira jam 13.00 waktu Jakarta, hari ini, tanggal 31 Juli 2008, di ruang seminar Sasana Widya Sarwono LIPI lt. 8 Jl. Jenderal Gatot Subroto No. 10 Jakarta 12710 diadakan seminar “Papua Road Map”. Seminar yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerjasama dengan Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) ini untuk membahas hasil penelitian Tim LIPI di Papua. Tim LIPI yang terdiri dari Muridan S. Widjojo, Adriana Elisabeth, Amirudin Al-Rahab, Cahyo Pamungkas dan Rosita Dewi dalam penelitian di Papua berhasil menyusun “Papua Road Map” yang diharapkan dapat dijadikan bahan untuk menyelesaikan persoalan di tanah Papua. Pembahasan hasil penelitian Tim LIPI adalah dengan menghadirkan para pembahas, yakni Anum Siregar, SH., Dr. Daniel Dhakidae, dan Dr. Neles Tebay. Dan para peserta yang hadir terdiri dari para pemerhati masalah Papua, seperti dari Greepeace, PBI, JPIC MMSC Indonesia, JPIC OFM Indonesia, Imparsial, dan lain-lain serta beberapa orang dari Papua, seperti Ptd. Sokrates Sofyan Yoman dan Sekjen Presidium Dewan Adat Papua. Saya salah satu peserta!
Seminar yang rencananya dilaksanakan tepat jam 12.00 waktu Jakarta, terpaksa harus tertunda dan akhirnya dapat dilaksanakan pada jam 13.00 waktu Jakarta, karena menunggu para undangan. Para peserta di ruangan yang kebanyakan bukan orang Papua asli memberikan warna tersendiri dalam mendiskusikan masalah Papua. Ada dua hal yang menonjol dari para peserta seminar dalam memahami persoalan di tanah Papua, yakni mayoritas peserta berpendapat bahwa masalah Papua adalah masalah marginalisasi akibat pembagunan yang tidak berpihak kepada orang Papua dan beberapa peserta, seperti Ptd. Sokrates Sofyan Yoman dan Sekjen Presedium Dewan Adat Papua berpendapat bahwa persoalan di Papua adalah persoalan pelurusan sejarah sejak tahun 1960-an hingga kini.
Seminar yang istimewa ini dibuka dengan kata sambutan dari Oleh Koordinator Bidang Politik LIPI Ikrar Nusa Bakti. Dalam kata sambutannya Ikral menegaskan bahwa LIPI merasa sangat berterima kasih atas kehadiran Bapak/ibu dan saudari-saudara sekalian. Pertemuan saat ini adalah untuk membahas hasil penelitihan dari Tim LIPI di tanah Papua. Hasil penelitan ini sebagaimana tertera dalam judul “Papua Road Map: Negatiating the Past, Improving the Present and Securing the Future. Ini penelitian yang baik dan bisa dijadikan referensi untuk menyelesaikan pelbagai persoalan Papua. Tim ini berhasil mengurai persoalan Papua menjadi sebuah pemetaan yang jelas dan terukur. Pertanyaannya, bagaimana kita membangun Papua? Muda-mudaan dialog ini bisa berlanjud. Karena, walaupun Otonomi Khusus untuk Papua telah berlangsung selama tujuh tahun di tanah Papua, tetapi masih saja persoalan tidak terselesaikan.
Rabu, 11 Januari 2012
ERNESTO “CHE” GUEVARA, ERNESTO LACLAU DAN KEBANGKITAN GERAKAN KIRI DI AMERIKA LATIN[1]
… mencari ilmu boleh sampai ke Tiongkok.
Tetapi, untuk demokrasi partisipatif,
belajarlah ke Amerika Latin.
(Disadur dari M. Fadjroel Rachman (2006)
PENGANTAR
ARUS PASANG gerakan kiri yang kini melanda Amerika Latin, dirintis oleh para gerilyawan di Pegunungan Sierra Maestra di Kuba, di bawah pimpinan Fidel Castro dan Ernesto “Che” Guevara. Setelah dua tahun (1957-1958) bergerilya, pada tanggal 1 Januari 1959 para gerilyawan berhasil merebut ibukota Kuba, Havana, dan berdentanglah lonceng kematian bagi rezim Batista yang telah mengeruk kekayaan negeri Karibia itu untuk kepentingan AS. Lahirlah Republik Kuba baru, yang membangun sistem ekonomi sosialis pertama di benua Amerika (Rahardjo & Prabowo 2005: xiii-xiv).
Sabtu, 07 Januari 2012
Fransiskan Papua, Engage Media dan JPIC MSC Gelar Pelatihan Video Untuk Perubahan
EngageMedia (www.engagemedia.org), JPIC MSC Indonesia dan Sekretariat Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan (SKPKC) Fransiskan Papua menggelar pelatihan video perubahan bagi para pemuda dan mahasiswa yang aktif dalam gerakan perubahan untuk Papua. Kegiatan ini berlangsung di dua kota, yakni Sentani dan Merauke.
Di Sentani, kegiatan dilaksanakan selama enam hari (11-16 Juli 2011) bertempat di Kantor SKPKC Fransiskan Papua, Sentani. Sementara di Merauke, dilaksanakan dari 18 -24 Juli 2011 bertempat di biara MSC Merauke.
Koordinator pelatihan, Br. Edy Rosariyanto OFM mengatakan bahwa tujuan digelarnya pelatihan ini adalah agar peserta mampu memahami dasar-dasar pengambilan gambar, membuat cerita video dan mengedit video. Tentu saja melalui kegiatan ini, para peserta juga dilatih untuk lebih peka terhadap realitas sosial yang terjadi dan mampu mengidentifikasinya serta mengangkatnya menjadi ide film advokasi. Selain itu, peserta juga diarahkan untuk mampu mengembangkan jaringan dengan teman-teman lain dalam rangka membangun kerja sama untuk melakukan perubahan sosial di tengah masyarakat.
Koordinator pelatihan, Br. Edy Rosariyanto OFM mengatakan bahwa tujuan digelarnya pelatihan ini adalah agar peserta mampu memahami dasar-dasar pengambilan gambar, membuat cerita video dan mengedit video. Tentu saja melalui kegiatan ini, para peserta juga dilatih untuk lebih peka terhadap realitas sosial yang terjadi dan mampu mengidentifikasinya serta mengangkatnya menjadi ide film advokasi. Selain itu, peserta juga diarahkan untuk mampu mengembangkan jaringan dengan teman-teman lain dalam rangka membangun kerja sama untuk melakukan perubahan sosial di tengah masyarakat.
HILANGNYA RASA AMAN (Situasi Militer dan EkoSoB Perbatasan RI-PNG di Kab. Merauke)
KATA PENGANTAR
Laporan yang sedang anda pegang ini adalah laporan hasil monitoring potret militer dan situasi ekonomi, sosial, budaya (EKOSOB) di wilayah perbatasan Kabupaten Merauke (Negara Republik Indonesia) dan Papua New Guinea. Laporan monitoring ini dibuat oleh Sekretariat Keadilan dan Perdamaian-Keuskupan Agung Merauke (SKP-KAM) selama 3 (tiga) tahun (mulai dari 2004 sampai 2006). Fokus dari monitoring ini adalah persoalan keamanan dan kaitanya dengan kehadiran militer dan kondisi ekonomi, sosial, budaya masyarakat.
Laporan ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa ada begitu banyak orang, khususnya penduduk asli papua di perbatasan Kabupaten Merauke (RI) dan PNG yang mengalami pelbagai penderitaan fisik dan mental maupun pembiaran yang mengakibatkan ketidakberdayaan penduduk asli papua. Hal ini adalah cerminan dari tindakan, kebijakan dan kelalaian negara terhadap warga negaranya.
Hasil monitoring kami memperlihatkan betapa sekarang ini penduduk asli papua telah kehilangan rasa aman untuk hidup di tanah leluhurnya. Negara, terkesan seakan-akan telah kehilangan tanggung jawabnya untuk memberikan rasa aman bagi setiap orang, khususnya untuk penduduk asli Papua. Setiap penduduk asli papua tidak bebas lagi, hal ini sangat jelas terlihat dari perlakuan aparat keamanan terhadap penduduk asli papua. Pelbagai teror, intimidasi dan kekerasan fisik selalu dialami oleh penduduk. Perempuan dan anak-anak yang seharusnya dilindungi, justru diperlakukan tidak adil. Martabat kaum perempuan selalu dilecekan dengan pelbagai tindakan pelecehan seksual.
Pelbagai kebijakan pembanguan di wilayah perbatasan coba diterapkan dengan memasukan
Minggu, 01 Januari 2012
PESAN PAUS BENEDIKTUS XVI DALAM RANGKA PERAYAAN HARI PERDAMAIAN SEDUNIAI JANUARI 2012
“MENDIDIK KAWULA MUDA DENGAN KEADILAN DAN DAMAI”.
1. Permulaan sebuah tahun baru, yang adalah pemberian Tuhan pada kemanusiaan, mendorongku untuk menyebarkan pada semua, hasrat hatiku yang baik dengan penuh keyakinan dan perasaan. Masa yang ada di hadapan kita sekarang ini mungkin ditandai dengan keadilan dan damai secara kongkrit.Dengan sikap yang bagaimanakah kita menyongsong tahun baru itu? Kita menemukan sebuah gambaran yang indah dalam kitab Mazmur 130. Pemazmur mengatakan bahwa orang yang beriman menunggu Tuhan “lebih dari penjaga menantikan fajar” (ayat 6). Mereka menunggunya dengan harapan yang teguh karena mereka tahu bahwa dia akan membawa cahaya, belas kasih, dan keselamatan
.
Langganan:
Postingan (Atom)