Minggu, 13 Mei 2012

Korban bukan Objek: peliputan "Tragedi Sukhoi 9 Mei"

oleh Marsel Mangundap
Kami sebagai jurnalis mengimbau kepada teman-teman jurnalis dan kantor media dalam menyiarkan / mengedarkan / menayangkan pemberitaan kecelakaan pesawat Sukhoi atau dikenal sebagai ‘Tragedi Sukhoi 9 Mei’, berpedoman pada kode etik jurnalistik, pedoman pemberitaan media online, dan standar perilaku penyiaran yang berlaku.

Sangat disayangkan peliputan sensasional yang mengeksploitasi korban. Seperti menayangkan secara berulang kondisi korban dan keluarga dengan mengeksploitasi kesedihan, menampilkan foto korban dan histeria keluarga korban secara berlebihan, mengedarkan berita spekulatif atas terjadinya peristiwa musibah tersebut.

Mari kita bersama pertimbangkan perasaan keluarga korban dalam melakukan pelaporan jurnalistik. Mereka sedang berduka bagian dari publik yang memiliki hak untuk mendapatkan informasi secara proporsional, tidak hanya semata sebagai objek berita.

Jangan kita abaikan aspek peliputan berperspektif korban, sebagai tanggung jawab moral jurnalistik profesional dan beretika. Tidak sepantasnya media menjual produk jurnalistik dari tangisan dan penderitaan korban apakah lewat oplah, page view, atau rating.

Kepada teman-teman sejejaring sosial FB dan Twitter demikian juga supaya tidak mengabaikan perasaan keluarga korban dengan me-upload gambar2 yang tidak ada hubungannya dengan peristiwa dan copypaste berita spekulatif yang dibuat hanya ingin ‘heboh’ saja namun membuat keluarga korban lebih parah dalam kesedihan. 
Bila maksud untuk mengkritisi pejabat / penguasa dan atau lainnya yang terkait dengan peristiwa gunakan cara yang santun dengan tidak menggunakan foto dan atau gambar seakan korban kendati tidak ada hubungannya dengan peristiwa. Masih banyak pilihan untuk itu yang lebih cerdas.
Kritik membangun dalam kaitan peristiwa naasnya SUKHOI 9 Mei sangat perlu dan kami selalu mendukungnya .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar