Korban bukan Objek: peliputan "Tragedi Sukhoi 9 Mei"
oleh Marsel Mangundap
Kami
sebagai jurnalis mengimbau kepada teman-teman jurnalis dan kantor media
dalam menyiarkan / mengedarkan / menayangkan pemberitaan kecelakaan
pesawat Sukhoi atau dikenal sebagai ‘Tragedi Sukhoi 9 Mei’, berpedoman
pada kode etik jurnalistik, pedoman pemberitaan media online, dan
standar perilaku penyiaran yang berlaku.
Sangat disayangkan peliputan sensasional yang mengeksploitasi korban.
Seperti menayangkan secara berulang kondisi korban dan keluarga dengan
mengeksploitasi kesedihan, menampilkan foto korban dan histeria keluarga
korban secara berlebihan, mengedarkan berita spekulatif atas terjadinya
peristiwa musibah tersebut.
Mari kita bersama pertimbangkan
perasaan keluarga korban dalam melakukan pelaporan jurnalistik. Mereka
sedang berduka bagian dari publik yang memiliki hak untuk mendapatkan
informasi secara proporsional, tidak hanya semata sebagai objek berita.
Jangan kita abaikan aspek peliputan berperspektif korban, sebagai
tanggung jawab moral jurnalistik profesional dan beretika. Tidak
sepantasnya media menjual produk jurnalistik dari tangisan dan
penderitaan korban apakah lewat oplah, page view, atau rating.
Kepada teman-teman sejejaring sosial FB dan Twitter demikian juga supaya
tidak mengabaikan perasaan keluarga korban dengan me-upload gambar2
yang tidak ada hubungannya dengan peristiwa dan copypaste berita
spekulatif yang dibuat hanya ingin ‘heboh’ saja namun membuat keluarga
korban lebih parah dalam kesedihan.
Bila maksud untuk mengkritisi
pejabat / penguasa dan atau lainnya yang terkait dengan peristiwa
gunakan cara yang santun dengan tidak menggunakan foto dan atau gambar
seakan korban kendati tidak ada hubungannya dengan peristiwa. Masih
banyak pilihan untuk itu yang lebih cerdas.
Kritik membangun dalam kaitan peristiwa naasnya SUKHOI 9 Mei sangat perlu dan kami selalu mendukungnya .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar