Minggu, 03 April 2011

Analisis Dampak Sawit

Oleh George Junus Aditjondro

PENGANTAR:
SUMATERA UTARA (Sumut), memang tepat menjadi tuan rumah konferensi alternatif peringatan seabad introduksi kelapa sawit (Elaeis Guineensis) dari Ghana, Afrika Barat, bukan karena jenis palma ini yang semula diintroduksi sebagai tanaman hias di Kebun Raya Bogor, tahun 1848, dan selanjutnya berhasil ditanam secara komersial tahun 1911 di Tanah Itam Ulu dan Pulu Raja di Sumut dan di Sungai Liput, Aceh Timur, berkat rintisan Adrien Hallet dari Belgia dan K. Schadt dari Jerman (Bangun 2010: 104-5; Ghani 2011).

Belajar di "Sananta Sella"

Sepuluh jari tangan Fr. Empi, Novis Missionaris Hati Kudus Yesus (MSC) di Kapel Novisiat MSC, bergerak dengan lincah, membuka lembar demi lenbar Kitab Suci. Matanya terbuka lebar melihat kalimat demi kalimat. Sesekali raut mukanya cemberut! “Saya sedang mencari arti kata ‘adil’, ‘damai’ dan ‘keutuhan ciptaan’ di dalam Kitab Suci”, ungkapnya.

Bukan hanya Fr. Empi saja. Di sudut ruangan konfrensi Novisiat MSC,  Fr. Jack, kawan dari Fr. Empi, serius mencatat. Ia sedang merangkum hasil temuan kelompoknya tentang arti kata “adil” dalam Kitab Suci.