Sabtu, 13 April 2013

Suara Piluh di Wamena


Video ini adalah sebuah ulasan tentang refleksi situasi hak asasi manusia 2012 di Wamena, Papua.

Footage dan foto dalam video ini adalah dokumentasi tentang:

    Pada tanggal 6 Juni 2012, anggota Batalyon 756 Wimane Sili menggunakan mobil milik Wimane Sili dan berhenti di depan SD YPPK Santo Yakobus Honelama, Setelah mengatur starategi didepan SD YPPK Honelama, pasukan mulai memegang sangkur dan senjata sambil berjalan kaki adapun juga diatas mobil dengan senjata lengkap dan mulai melakukan penembakan sambil menuju ke tempat kejadian perkara.

    Pada tanggal 18 Desember 2012, sekitar 100 orang Papua protes pembakaran honai adat Lani Pago Baliem di kantor Bupati Jayawijaya, Wamena. Tiga hari sebelumnya, polisi menembak dan menewaskan ketua Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Hubertus Mabel. Pembakaran honai adat juga terjadi hari itu. Yohanes Djonga, seorang pastor gereja Katholik di Wamena, ikut bicara. Dia singgung soal anak Papua lain, Agus Hiluka, diborgol dan disiksa aparat keamanan. Hiluka diduga membakar sebuah kantor polisi di Wamena. Terlepas dari dugaan Hiluka melakukan kekerasan tapi dia berhak mendapat perlakuan hukum yang profesional dari polisi. Dia pingsan, diborgol dan mata hancur. Repotnya transparansi bukan bagian dari kerja polisi Indonesia di Papua. Kekerasan tak pernah berhenti di Wamena. Dalam bulan Desember, setidaknya, empat orang Papua meninggal karena kekerasan. Seorang anak muda mengirim video ini ke Jakarta dan minta saya sebarkan. Yohanes Djonga adalah penerima penghargaan hak asasi manusia Yap Thiam Hien pada 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar