Minggu, 31 Oktober 2010

Dari Alienasi ke Eksploitasi

PSIRB 301, Marxisme: Religi, Politik & Ideologi. Dosen: George J. Aditjondro
Handout 1

DARI ALIENASI KE EKSPLOITASI

1. Berbagai Sesat Pikir Populer ttg Marxisme:
a. Tembok Berlin sudah runtuh, negara-negara sosialis satu per satu sudah beralih ke kapitalisme, kecuali Kuba dan Korea Utara. Ini membuktikan bahwa sosialisme telah gagal membawa kemakmuran dan kebahagiaan pada rakyat di negara-negara itu. Karena itu, sudah tidak relevan lagi untuk mempelajari faham-faham sosialisme, termasuk Marxisme. Pandangan umum begini bersikap “netral” terhadap Marxisme, tapi memandangnya sebagai sesuatu yang sudah tidak berguna (redundant). Padahal, yang runtuh itu adalah sistim sosialisme negara yang dipimpin oleh sebuah partai tunggal (Partai Komunis), yang hanya merupakan salah satu interpretasi terhadap Marxisme.

Rabu, 27 Oktober 2010

MAMPUKAH KITA BERENANG MELAWAN ARUS

MAMPUKAH KITA BERENANG MELAWAN ARUS?
Harapan bagi Ornop-ornop Lokal dan Nasional untuk melawan Ketidakadilan dan Kesenjangan di bidang Hak-Hak Sipil & Politik
di Tanah Papua
----------------------------------------------------------------------------------------------------
George Junus Aditjondro

(1). Analisis kritis terhadap terjadinya konflik akibat ketidakadilan dan kesenjangan di bidang hak-hak sipil dan politik di Tanah Papua:

Konflik laten antara masyarakat Papua dan aparat Negara Kesatuan Republik Indonesia, secara historis dilatarbelakangi hasrat masyarakat Papua untuk menentukan nasib mereka sendiri sebagai bangsa dan negara Papua Barat, setelah dijanjikan oleh penguasa kolonial setengah abad yang lalu, yakni Kerajaan Belanda. Untuk memperkuat cita-cita kemerdekaan itu, diciptakanlah lagu kebangsaan, Hai Tanahku Papua, serta bendera Bintang Kejora. Berpuluh-puluh tahun kemudian, Sang Bintang Kejora tetap dikibarkan dalam setiap aksi pro-kemerdekaan Papua Barat, walaupun dengan pertaruhan nyawa.

Solidaritas Pemimpin dan Rakyat

“ istilah ''ko gunung , ko pantai , ko pesisir , ko rawa - rawa '' masih ada di orasi - orasi aktivis Papua. coba kawan - kawan dari pantai ada yang mo orasi ka..
hal ini menjadi pengamatan bagi sa, kalau tong masih pake istilah primodial. persatuan di antara orang asli Papua yang tong bicara dari 40 tahun yang lalu tidak akan pernah nyata. Persatuan hanya menjadi SLOGAN SEMU”, cerita Cyntia dalam Fbnya.

Realitas yang ditampilkan oleh Cyntia memperlihatkan adanya pengingkaran terhadap indentitas (baca: kebudayaan atau jatih diri) kita. Kehidupan anda dan saya terjebak pada sesutau yang dibuat, direkayasa dan illusikan atau disimulasi atau istilah saya sebagai realitas illusi atau realitas simulasi. Sehingga identitas saya dan anda tidak lagi ditentukan oleh dan dari dalam dirinya sendiri, tapi ditentukan oleh kaum peninda yang bermuka tiga “M” (militer, milisi dan modal). Yang tumbuh subur adalah perpecahan, seperti muncul banyak faksi-faksi dalam gerakan pembebasan, walaupun memperjuangkan hal yang sama. Inilah cermin dari identitas kita kini yang lebih ditentukan oleh kontruksi tanda, citra dan kode yang diproduksi oleh kaum penindas.

Rabu, 22 September 2010

Special Trade (Special Produk): siapa yang diuntungkan?

DISKUSI akhir tahun ISEI Manado pada tanggal 29 Desember 2007 dengan tema ‘’Meningkatkan Daya Saing Ekspor Sulut di Era Desentralisasi dan Pasar Terbuka’’, yang sempat dimuat di Koran ini (31 Desember 2007) memberikan kesan tersendiri bagi penulis, khususnya paradigma perdagangan baru yang ditawarkan oleh Menteri Perdagangan, Marie Elka Pangestu, yakni untuk menaikan daya saing ekspor kita harus melakukan special trade atau special produk. Dalam arti kata, Sulawesi Utara yang memiliki komoditi potensial, harus benar-benar focus menggenjot supaya memiliki nilai tambah (Value added) dibandingkan di daerah lain. Benarlah bahwa konsep semacam ini harus didukung oleh jaringan yang terintegrasi antara daerah dan Negara lain. Pengintegrasian ini akan kian dipercepat dengan pemanfaatan teknologi-teknologi baru dan penghapusan hambatan-hambatan bagi perdagangan internasional dan aliran investasi.

Senin, 20 September 2010

Rawa Biru: Air Mata di atas Mata Air

Dokumenter ini mengangkat pelbagai dampak kebijakan pemerintah dan perusakan ekologis terhadap danau resapan air hujan yangmenjadi sumber air bersih, kehidupan masyarakat adat Kanume (Sub suku Malind) dan warga masyarakat kota Merauke di Kabupaten Merauke. (This documentary raises local government policy issues and the ecological damage to the water catchment lakes used for clean water source by both villagers of Kanume as well as Merauke city folks)

Source:http://www.engagemedia.org/Members/wpmedia/videos/rawabiru.mp4/view?searchterm=rawa+biru

Minggu, 19 September 2010

Asikie

“Memang benar, Tanah Papua merupakan tanah yang kaya akan sumber daya alam. Tetapi di atas tanah yang kaya itu kini hidup orang-orang Papua yang miskin. Mengapa? Karena selama ini rakyat tidak menikmati hasil kekayaan itu.”

Siang itu, 28 oktober 2008, kira-kira pukul 12.30 WIT, Ibu Emiliana Omba dan beberapa ibu lain tengah sibuk mengangkut pasir dari tempat galian ke atas truk pengangkut pasir. Pasir itu mereka jual seharga Rp. 1000/kg. Terlihat beberapa ibu, termasuk ibu Emiliana Omba, begitu bersemangat mengangkat karung-karung pasir ke dalam truk yang tengah diparkir.

Minggu, 12 September 2010

Riky mau jadi pilot, tapi Anis?

by Wensislaus fatubun

Jumat (7/5) sore di tepi jalan di salah satu kantong kemiskinan dan kejahatan di Kota Merauke, Bruder Yos Manuel, MSC., berbaur mengajar belasan anak Malind, Asmat, Muyu, dan Yagai.

Bak ”Laskar Pelangi”, mereka duduk berjejalan, berdampingan belajar dan mengajar di ruangan 2 meter x 5 meter di pantih asuhan Amam Bekai Chevalier.
”Saya mau jadi perawat,” seru Wambemo, yang bersiap masuk sekolah menegah umum, ketika ditanya cita-citanya.